Pelayanan Dukkha
Kutipan dari buku Maha Guru Terjemahan Bahasa Indonesia yang berjudul Mengarungi Samudera Samsara (peristiwa terbesar dalam hidup manusia). Berikut ini adalah sepenggal dari beberapa artikel, dimana Maha Guru menjelaskan manfaat pembacaan sutra untuk orang yang telah meninggal.
“…Orang yang beragama dan melatih diri di alam kesadarannya, segala tempat yang akan dituju ditentukan oleh kekuatan melatih diri. Bagi orang yang meninggal, selain sebagian daya karma yang menjerat, sesungguhnya ia bebas leluasa. Kendati alam yang dituju ditentukan oleh daya karma, namun kekuatan melatih diri dan bimbingan dari Mahakalyana- mitra pun sangat menentukan. Mahakalyana – mitra yang dimaksud dalam Sutra Bodhisattva Ksitigarbha Purva Pranidhana adalah Bodhisattva Ksitigarbha. Jika orang yang meninggal dunia memiliki kekuatan melatih diri, ditambah lagi dengan bimbingan dari Mahakalyana-mitra, tidak diragukan lagi, ia pasti cenderung akan pergi mengikuti Guru, Adinata, dan Dharmapala. Sadsarana justru mudah membangunkan arah kecenderungan si mendiang. Tentu akan sangat membantu kalau bisa memperoleh kekuatan melatih diri yang dapat diandalkan. Tentu, akan sangat membantu kalau bisa memperoleh kekuatan melatih diri yang dapat diandalkan. Sementara bimbingan dari Mahakalyana-mitra diartikan seperti :
- Misa “ mengenang mendiang” yang kerap ditemukan pada agama katolik.
- Doa dalam Agama islam dan Agama Kristen.
- Pulitositala dalam Agama Hindu
- Doa penyelamatan arwah (penyeberangan dalam Agama Buddha Eksoterik
- Bardo Thodol (pembebasan bardo lewat mendengarkan ajaran) dalam Tantrayana.
Menurut saya, orang yang sama sekali tidak beragama adalah orang yang paling runyam, yang sama sekali tidak memiliki perlindungan, dan mengabaikan daya respons. Orang semacam ini kalau meninggal, tidak hanya dipengaruhi daya karmanya sendiri, sekaligus akan dipengaruhi daya karma sanak saudara yang sudah almarhum, sulit sekali untuk terlahir di alam suci Buddhaloka. Sekalipun Mahakalyana-mitra membimbingnya, ia akan ngotot mempertahankan pendapatnya sendiri, sama sekali tidak percaya, dan mutlak diatur oleh daya karmanya sendiri. Ia malah menyalahkan Mahakalyana-mitra terlalu bawel, lalu Ia pun terus menuju ke alam berbahaya. Demikianlah orang yang tidak memiliki kepercayaan dan perlindungan…”“…Sutra Amitabha menyebutkan : Jika pria – wanita berbudi yang mendengarkan dan menjapa nama Buddha Amitabha, satu haru, dua hari, tiga hari, empat hari, sampai tujuh hari, hatinya tenang tidak galau, maka saat menjelang wafat, Buddha Amitabha dan Para Buddha akan muncul di hadapannya, bila hati orang yang meninggal tersebut tetap positif, akan segera terlahir di Sukhavatiloka Buddha Amitabha… “
“…Arwah yang mengembara di alam baka tidak menyadari dosa karmanya, selama 49 hari bagaikan orang pikun sambil menunggu hasil pertimbangan dari para hakim urusan karma untuk menentukan alam tempat ia tumimbal lahir. Sebelum mendapat kepastian, ia harus menunggu dengan cemas, apalagi bagi mereka yang sadar terjerumus ke alam sengsara. Selama 49 hari, orang yang baru meninggal dan belum tumimbal lahir itu sangat mengharapkan keluarganya berbuat sesuatu pahala yang cukup besar untuk menyelamatkan dirinya. Sesudah berselang 49 hari, ia harus menjalani hukuman karmanya. Maka dari itu, penting sekali memanfaatkan dengan sungguh – sungguh keberadaan selama 49 hari bagi sesosok tubuh bardo agar dapat mengarungi samudera samsara dengan mudah, jika tidak dimanfaatkan dengan tepat, akan muncul rintangan daya karma yang menyebabkan tumimbal lahir di enam alam gati. Oleh sebab itu, keberadaan tubuh bardo di alam bardo benar – benar sebuah poin yang tidak boleh diabaikan…”
Vihara Vajra Bhumi Sriwijaya mempunyai tim khusus pembacaan doa wafat secara agama Buddha Tantrayana Zhen Fo Zong untuk saudara – saudari sedharma yang ingin mendoakan keluarga yang telah wafat baik baru saja wafat atau peringatan wafat (7 hari, 49 hari, 100 hari, 1 tahun, 3 tahun) atau keluarga yang baru saja wafat. Pembacaan doa ini akan dipimpin oleh Vajra Acarya dan Bhikkhu Lhama.
Pembacaan doa untuk keluarga yang baru saja wafat
Biasanya dilaksanakan di rumah duka atau di rumah pribadi seseorang. Vihara Vajra Bhumi Sriwijaya dapat membantu process pengaturan bagi keluarga yang baru saja wafat. Process pengaturan yang di lakukan antara lain:
- Dekorasi ruang duka dan peti mati,
- Peti mati,
- Peralatan sembayang (kertas sembayang, dupa, lilin, dll),
- Persembahan untuk almarhum dan persembahan untuk saat pembacaan doa,
- Mobil jenazah,
- Tempat krematorium,
- Transportasi untuk keluarga yang ingin mengantar, dll.
- Pembacaan doa setiap hari sampai terakhir saat pemakaman atau saat kremas
- Perlengkapan untuk orang meninggal seperti : Selimut Dharani, Pil Amrta, Bubuk Vajra
Pembacaan doa untuk peringatan wafat
Untuk pembacaan doa peringatan wafat (7hari, 49 hari, 100 hari, dll) biasa dilaksanakan di vihara atau di rumah pribadi. Jika pembacaan doa peringatan wafat dilaksanakan di vihara, maka tim dukka vihara akan mengatur segalanya hingga selesai seperti :
1. Persembahan untuk altar para Buddha dan altar leluhur (dari keluarga yang berduka boleh menambahkan persembahan sendiri)
2. Kertas sembayang, dll
3. Konsumsi untuk umat yang hadir
Keluarga yang berduka langsung datang saja ke vihara.
Jika ingin dilaksanakan di rumah pribadi, persiapan yang disediakan oleh vihara yaitu :
1. Persembahan untuk altar para Buddha dan altar leluhur,
2. Kertas sembayang, dll
Sedangkan dari pihak keluarga yang meminta di sarankan untuk menyediakan transportasi untuk para Bhikkhu Lhama, dan umat yang berpartisipasi.
Fasilitas Untuk Leluhur
Vihara juga menyediakan sebuah fasilitas rumah abu, dan altar Ksitigarbha untuk leluhur (di zang dian). Dibawah ini akan di dijelaskan secara lengkap.
Rumah Abu – 地藏殿靈骨塔
Rumah abu ini berguna untuk menyimpan abu leluhur yang telah didaftarkan oleh keluarganya. Tempat Penyimpanan Abu (Guci Abu) Terdapat ukiran Sutra dan Mantra (Sutra Sukhavatiloka Vyuha Dharani, Sutra Raja Agung Avalokitesvara Bodhisattva, Tathagata usnisa Vijaya Dharani dan Mantra Padmakumara Panjang).Di dalam rumah abu ini terdapat berbagai tempat untuk menyimpan abu dan juga terdapat altar Ksitigarbha Bodhisattva. Fasilitas dari rumah abu ini adalah
1. Setiap hari diberi persembahan makanan,
2. Setiap hari dibacakan sutra dan mantra oleh para Bhikkhu Lhama,
3. Setiap tanggal 15 imlek akan diberikan kertas sembayang, baju, lilin, dll.
Dibawah ini adalah gambar guci abu untuk menyimpan abu leluhur yang berukirkan mantra dan sutra.
Altar Ksitigarbha untuk Leluhur – 地藏殿
Altar Ksitigarbha untuk leluhur ini merupakan tempat persemayaman leluhur dalam bentuk papan nama. Fasilitas dari altar leluhur ini adalah :
1. Setiap hari diberi persembahan makanan,
2. Setiap hari di doakan oleh para Bhikkhu Lhama,
3. setiap tanggal 15 imlek akan diberikan kertas sembayang, baju, lilin, dll.
Bagi saudara – saudari sedharma yang ingin mendaftarkan leluhurnya di Altar Ksitigarbha untuk Leluhur atau di rumah abu, dapat download formulirnya di bawah ini. Formulir yang telah diisi, email kembali ke [email protected].
Download: formulir Pendaftaran Leluhur dan Rumah Duka
Untuk keterangan lebih lanjut, dapat menghubungi Pandita Herlina atau bhikkhu Lhama Lian Pu (0711 350798)